13 Nov

Kamerad Edmond, Bikin Film demi Musik

Ya, Kamerad Edmond, silakan terkejut membaca atau mendengar filmmaker bernama asli Edmond Waworuntu ini memiliki nama alias yang kekirian. Lahir di Manado 40 tahun silam, Edmond—sapaan karibnya—terjun ke dunia per-dokumenter-an setelah merampungi pendidikan seni grafis di kampus yang dikenal sebagai “petelur” makhluk-makhluk mumpuni dalam bidang seni-kreatif, Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Hingga ia akhirnya mulai aktif berpameran seni rupa pada rentang 1996-2003.

Animasi, komik, film fiksi pun dokumenter sebenarnya sempat pula ia cicipi, namun hatinya tertambat pada Read More

29 Oct

Membedah Jeroan Superglad

Tidak pernah tidak menarik ketika kita membahas sebuah band yang tempatnya bukan di acara pagi hari, infotainment, atau talkshow-talkshow minim informasi buatan teve-teve terestrial di sini. Sempat ada RadioShow–di teve yang satu itu—yang menjadi alternatif di tengah tren musik melayu saat itu, namun entah kenapa acara tersebut didrop dan tidak pernah memunculkan lagi acara-acara serupa ke permukaan. Muncul banyak pertanyaan kala itu, salah satu yang menggelitik berbunyi “apa iya teve—dengan segala kepentingannya—memang bukan merupakan habitat yang tepat bagi para musisi indie yang pada hakikatnya ber-DNA-kan idealisme?” Mungkin saja. Ya, tentu menjadi sikap yang mulia jika masih banyak di antara mereka yang tetap loyal untuk memberi makan musik alih-alih (melulu) disuapi olehnya.

Hal di atas pula yang sempat didengungkan The Superglad dalam Read More

15 Oct

Kokas, Islam Nusantara, dan Pahlawan dalam Diam

Bukan Kokas (Kota Kasablanka (Kampung Melayu sampai belakang Karet)) yang menjadi bahan kajian dalam dokumenter berjudul Nafas Perjuangan di Kokas keluaran Laguna TV ini. Jangan membayangkan pula Kokas yang satu ini berada di tengah ibukota dan dijejali para shopaholic terjebak zaman. Karena Kokas dalam tayangan ini sangat kontras dengan Kokas yang mungkin pernah pula Anda kunjungi di akhir pekan tersebut. Ya, sebab Read More

09 Oct

Abdalah Gifar, Tabrak Pakem Film Sejarah

“Bagi kami, sejarah itu bukan sesuatu yang suci atau yang sudah pasti terjamin 100% keasliannya. Bukan tidak mungkin fakta sejarah yang kita ketahui sekarang lewat pengajaran ataupun buku-buku merupakan suatu hasil konstruksi. Seperti zamannya Orde Baru yang mengangkat peristiwa G30S/PKI.”

Namun kami dapat menjamin 100% bahwa pernyataan di atas bukan hasil konstruksi orang militer. Ya, pernyataan tersebut terlontar dari Abdalah Gifar, filmmaker muda nan berbakat yang telah banyak memproduksi film pendek bergizi, salah satunya…Pencuri Sejarah. Jawaban dari pertanyaan ‘mengapa ia kali ini tertarik membuat film bertemakan sejarah’ yang Read More

02 Oct

Prosa Para Pemadat Persija

“Some people believe football is a matter of life and death, I am very disappointed with that attitude. I can assure you it is much, much more important than that.”

Kurang sahih rasanya jika tak menyertai kutipan terkenal legenda Liverpool William ‘Bill’ Shankly di atas tatkala kita menyinggung kemesraan supporter dan klub gacoannya. Nukilan yang terdengar mainstream sih, tapi bukankah di era sekarang ‘hipster is the new mainstream’?

Pernyataan tersebut terlontar saat Shankly terkagum-kagum menyaksikan kekerabatan supporter Liverpool FC dan Everton FC menjelang klub kesayangan masing-masing bersua. Menjadi sebuah pemandangan yang langka memang jika mengingat fakta lapangan kedua klub yang adalah musuh bebuyutan alias rival sekota atau karib dengan sebutan Derby Merseyside.

Nah, jika kita runut ke film dokumenter yang bakal Anda simak sebentar lagi, karya sutradara paruh baya Andibachtiar Yusuf berjudul The Jak ini sekilas Read More

23 Sep

Wregas Bhanuteja, Menjadi Tukang Film, dan Seluloid 16 mm

Menjadi Sutradara Muda Terbaik dalam Festival Film Online Kineria (FFOK) 2015 lewat Senyawa-nya, Wregas Bhanuteja mengaku kurang tertarik menonton film, sungguh? Kepada Kineria, lelaki gondrong yang bakal menginjak usia ke-23-nya Oktober mendatang ini pun berbagi cerita perihal awal mula ia terjun sebagai “tukang film”, konflik batinnya dengan sang ibu, hingga pengalaman syuting menggunakan seluloid 16 milimeter (mm).

Mari simak interviunya… Read More

11 Sep

Getir Fitri di Malam Idul Fitri

Tetap “ngejablay” dalam atmosfer Idul Fitri memang menjadi fenomena yang terlihat paradoks. Terlebih jika sosok tersebut pun memiliki nama Fitri—yang secara harfiah banyak orang mengartikannya ‘suci’—. Irisan antara Idul Fitri, Fitri, dan dunia esek-esek memang menjadi gagasan utama dalam film yang juga diberi judul Fitri ini. Film karya Sidi Saleh yang duluan digarap sebelum Maryam (2014) coba membawa kisah seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) yang terpaksa melakukan rutinitasnya di saat teman-teman seprofesinya menikmati hasil keringat dan asyik berkumpul bersama keluarga di kampung halaman mereka masing-masing. Fitri dalam Fitri harus rela tak pulang kampung sembari mengarungi kegetiran ‘malam takbiran’-nya.

Negosiasi alot berakhir buntu yang dilakukan sang mucikari kepada Fitri untuk menunda kepulangannya hingga ba’da lebaran, tidak diindahkan dara bertubuh sintal itu. Sadar “ATM berjalannya” pulang kampung, Read More