09 Oct

Abdalah Gifar, Tabrak Pakem Film Sejarah

“Bagi kami, sejarah itu bukan sesuatu yang suci atau yang sudah pasti terjamin 100% keasliannya. Bukan tidak mungkin fakta sejarah yang kita ketahui sekarang lewat pengajaran ataupun buku-buku merupakan suatu hasil konstruksi. Seperti zamannya Orde Baru yang mengangkat peristiwa G30S/PKI.”

Namun kami dapat menjamin 100% bahwa pernyataan di atas bukan hasil konstruksi orang militer. Ya, pernyataan tersebut terlontar dari Abdalah Gifar, filmmaker muda nan berbakat yang telah banyak memproduksi film pendek bergizi, salah satunya…Pencuri Sejarah. Jawaban dari pertanyaan ‘mengapa ia kali ini tertarik membuat film bertemakan sejarah’ yang Read More

02 Oct

Prosa Para Pemadat Persija

“Some people believe football is a matter of life and death, I am very disappointed with that attitude. I can assure you it is much, much more important than that.”

Kurang sahih rasanya jika tak menyertai kutipan terkenal legenda Liverpool William ‘Bill’ Shankly di atas tatkala kita menyinggung kemesraan supporter dan klub gacoannya. Nukilan yang terdengar mainstream sih, tapi bukankah di era sekarang ‘hipster is the new mainstream’?

Pernyataan tersebut terlontar saat Shankly terkagum-kagum menyaksikan kekerabatan supporter Liverpool FC dan Everton FC menjelang klub kesayangan masing-masing bersua. Menjadi sebuah pemandangan yang langka memang jika mengingat fakta lapangan kedua klub yang adalah musuh bebuyutan alias rival sekota atau karib dengan sebutan Derby Merseyside.

Nah, jika kita runut ke film dokumenter yang bakal Anda simak sebentar lagi, karya sutradara paruh baya Andibachtiar Yusuf berjudul The Jak ini sekilas Read More

23 Sep

Wregas Bhanuteja, Menjadi Tukang Film, dan Seluloid 16 mm

Menjadi Sutradara Muda Terbaik dalam Festival Film Online Kineria (FFOK) 2015 lewat Senyawa-nya, Wregas Bhanuteja mengaku kurang tertarik menonton film, sungguh? Kepada Kineria, lelaki gondrong yang bakal menginjak usia ke-23-nya Oktober mendatang ini pun berbagi cerita perihal awal mula ia terjun sebagai “tukang film”, konflik batinnya dengan sang ibu, hingga pengalaman syuting menggunakan seluloid 16 milimeter (mm).

Mari simak interviunya… Read More

19 Mar

Profil Sutradara: Luhki Herwanayogi

“Karakter terbatas di Twitter kerapkali memunculkan bias-bias pesan yang tidak jarang menimbulkan banyak masalah”- Luhki Herwanayogi. Sebiji perkara yang memang tidak jarang timbulkan berjibun petaka. Gejala yang diangkat sutradara asal Yogyakarta itu dalam karya film terbarunya, Aku Kudu Piye, Tweeps?.

Hanya berlatar kamar pribadi yang dijejali pernak-pernik khas lelaki belia, Luhki mencoba menguak ketidaknyamanan yang bahkan bisa hadir di zona nyaman kita itu. Didot—tokoh utama film ini—digambarkan terpusing-pusing di bilik tidurnya hanya lantaran ia tidak menggunakan sosial media dengan arif.

“Sosial media punya dua sisi, positif dan negatif, sehingga kita harus pintar-pintar menggunakannya. Sosial media bisa sangat berguna, tapi bisa juga jadi petaka, bahkan datang dari tempat ternyaman kita,” ujar Luhki.

Menarik menilik beberapa fragmen dalam film ini. Sekali tempo, Luhki sempat menyisipkan sebuah kiasan dalam bahasa Jawa yang berbunyi ‘koyok munyuk ketulup’. Didot yang saat itu mencak-mencak kepada kakaknya imbas sebab sepele, ya, charger-nya telat dikembalikan. Respon Didot yang berlebihan itulah yang Read More

12 Mar

Profil Sutradara: Wimar Herdanto

Mural Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-68 menjadi fragmen menarik di awal sajian film rilisan 2013 ini. Ya, Gundah Gundala, film besutan sutradara kelahiran Surabaya 29 tahun silam, Wimar Herdanto, coba menyinggung kolonialisme yang masih kejadian di Indonesia. Seonggok penjajahan yang dikemas secara komunal dengan sifat yang tidak berbau, laten, dan “dinikmati” jamak priyai dan proletar negeri ini.

“Meskipun usia kemerdekaan Indonesia terus-menerus dirayakan sampe 68 Tahun, sebenarnya tanpa disadari kita masih belum sepenuhnya merdeka dan masih dijajah dalam bentuk lain misalnya kapitalisme, internet, keberpihakan media, propaganda lewat Film Hollywood, dan sebagainya”, tutur Wimar, membuka tanya-jawab dengan Kineria via surel.

Gundala Putra Petir dan Gatotkaca menjadi lakon utama dalam film yang juga memunculkan nama-nama pahlawan super ala barat ini. Bukan kengototan mereka dalam memerangi penjahat dengan tampilan kostum Read More

26 Feb

Profil Sutradara: Andra Fembriarto

Ya, Andra Fembriarto, mungkin Anda pernah menikmati karyanya atau minimal mendengar namanya dalam gelaran festival-festival film yang rutin digelar di Indonesia pun di negeri orang. Untuk Kineria, lelaki 28 tahun jebolan University of Technology, Sydney ini rela bercerita panjang lebar menyoal prosesnya menjadi filmmaker, syuting di kuburan tahanan politik, hingga project film terbarunya. Simak!

Duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Andra kecil memang sudah hobi menggambar dan mengkreasi cerita berdasar film kartun yang ditontonnya. Hingga, penggila Jim Carrey ini, menemukan apa yang ia sebut dengan “kanvas untuk impian yang lebih besar” saat sang ayah mengajaknya menonton Stars Wars: A New Hope (Special Edition) (1997).

Beranjak remaja, Andra makin menggemari seni gambar bergerak. Bersama adiknya, ia kerap menghabiskan waktu untuk menggarap video dalam bentuk stop motion dan klip musik. Menemukan teman dengan minat yang sama baru ia temukan saat Read More

26 May

Profil Sutradara: Christopher Hanno

Tujuan yang diusung oleh Christopher Hanno kala menggarap “Nagasari” boleh dibilang mulia. Betapa tidak, pria lulusan University of British Columbia, Vancouver, Kanada, ini ingin memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat internasional, khususnya Kanada. Semangatnya ini mencuat setelah Hanno, begitu dia akrab disapa, memperhatikan film-film negara lain, salah satunya Jepang, yang mencampurkan unsur kultural ke dalam tatanan penceritaan di film secara tepat guna.

“Negara lain, apalagi kayak Jepang, kulturnya sangat kuat dan mereka bisa berhasil membuat film dan nunjukin ke dunia tentang kebudayaannya. Indonesia mempunyai sangat banyak kebudayaan, tapi cara kemasnya Read More

21 Apr

Profil Sutradara: Andrey Pratama

Andrey Pratama

Andrey Pratama boleh berbangga. Betapa tidak, film animasi pendek garapannya, “Moriendo”, memperoleh banyak pujian. Tidak hanya mengukir prestasi di dalam negeri saja, “Moriendo” juga sudah melanglang buana ke berbagai negara. Kemenangan terbesarnya di Indonesia yang membuatnya dilirik oleh banyak pihak adalah saat film besutannya ini menyabet piala XXI Short Film Festival 2013 untuk kategori Film Animasi Pendek Pilihan Media.

Awalnya, film yang disarikan dari cerita pendek berjudul “Sebuah Pagi dan Seorang Lelaki Mati” karya Noviana Kusumawardhani ini sekadar ditujukan sebagai bagian dari tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan dari jurusan Animasi di Universitas Bina Nusantara. Akan tetapi, nasib justru berkata lain.

“Saya sangat bangga karena sebelumnya jarang sekali karya orang Indonesia mendapat banyak apresiasi dari luar. Bahkan, beberapa pihak Read More