14 Mar

Pasang Surut Kualitas Dunia Perfilman Indonesia

film indonesia petualangan sherina

Tahun 1900 adalah awal munculnya pertunjukan film bioskop di Batavia yang dikenal sebagai peristiwa Pertoenjoekan Besar yang Pertama, di Manege, Tanah Abang, Kebonjae. Peristiwa itu hanya terpaut lima tahun setelah Robert Paul dari Inggris dan Lumiere Bersaudara dari Prancis mendemonstrasikan proyektor hasil penemuan mereka yang menandai dimulainya sejarah seni gambar bergerak atau film.

Ada yang mengatakan bahwa era tahun 1970-an itu lah puncak masa kejayaan film Indonesia. Karena waktu itu film-film kita benar-benar menjadi tuan rumah di negeri sendiri, sehingga tidak aneh jika bioskop didatangi ribuan penonton mulai dari kota hingga pelosok desa. Sepertinya di jaman itu film Indonesia begitu dinantikan, dan gedung-gedung bioskop menjadi tempat favorit terutama di malam hari.

Waktu itu produksi film Indonesia begitu berlimpah dan mencapai puncaknya pada tahun 1977 yaitu tercatat sebanyak 367 film. Hampir semua film yang diproduksi sukses di gedung bioskop. Orang datang berduyun-duyun ke bioskop untuk nonton berbagai genre film mulai dari film percintaan, silat, hingga film komedi.film indonesia jaman dahulu

Film percintaan di jaman itu didominasi oleh aktor dan aktris muda seperti Roy Martin, Robby Sugara, Yati Octavia, Yeny Rachman, dan Doris Callebaut yang waktu itu dikenal sebagai the Big Five. Kesuksesan film-film drama percintaan tersebut kemudian disusul oleh film-film musikal yang dibintangi oleh Rhoma Irama yang selalu berjaya setiap filmnya dan masuk box office selama berminggu-minggu.

Di akhir tahun 1970-an hingga awal tahun 1980-an, genre film yang berjaya adalah film-film drama remaja yang dibintangi oleh Rano Karno dan Lydia Kandow, salah satunya adalah film Gita Cinta dari SMA yang box office pada tahun 1979. Selain Rano Karno dan Lydia Kandow, tercatat pula film-film top yang dibintangi aktor dan aktris remaja lainnya seperti Yessy Gusman, Herman Felani, Anita Carolina, Kiki Maria, dan lain-lain.

kejayaan film indonesia

Kejayaan film kisah cinta remaja ini kemudian disusul oleh film-film komedi Warkop DKI dengan debutnya yang berjudul “Mana Tahaan” yang meledak pada tahun 1977.  Sehingga bisa dikatakan bahwa awal tahun 1980-an adalah masa kejayaan film-film percintaan remaja dan komedi Warkop DKI.

Pada pertengahan tahun 1980-an, film-film genre anak muda seperti Catatan Si Boy mulai mengambil alih trend, dimulai dengan film Catatan Si Boy yang booming pada tahun 1987, sehingga film itu pun melejitkan nama Only Alexander yang masih aktor baru waktu itu. Efeknya, Onky pun berjaya di film-film sekuel Catatan Si Boy, bahkan dia menjadi sosok yang identik dengan imej Si Boy.

Pada tahun-tahun itu kita masih menyaksikan berbagai festival film indonesia yang rutin diadakan setiap tahunnya untuk memberikan penghargaan kepada para insan perfilman Indonesia. Tetapi dunia perfilman Indonesia semakin anjlok khususnya di tahun 90-an ketika hampir semua film Indonesia mengusung tema-tema khusus dewasa. Waktu itu film Indonesia sudah tak lagi menjadi tuan rumah di negara sendiri, karena film-film dari hollywood dan hongkong telah merebut posisi itu dan berjaya di negara kita. Dan sejak itulah terjadi pasang surut kualitas dunia perfilman Indonesia hingga awal millenium.

Awal Kebangkitan Kembali Film Indonesia Berkualitas

Krisis film Indonesia berakhir pada tahun 2000 dengan munculnya gebrakan baru di dunia perfilman melalui hadirnya film musikal Petualangan Sherina yang diperankan oleh seorang penyanyi cilik berbakat Sherina Munaf. Riri Riza dan Mira Lesmana yang berada di balik film tersebut berhasil membuat film ini menjadi tonggak kebangkitan dalam sejarah pasang surut dunia perfilman Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan antrian panjang di bioskop selama sebulan lebih yang menandakan film ini sukses secara komersial.

Saat ini jumlah film nasional yang diputar di bioskop sudah cukup banyak, tapi film Indonesia yang berkualitas masih kurang. Tema-tema film yang beredar saat ini masih didominasi dengan genre komedi, percintaan, dan horor. Hampir mirip kondisi perfilman Indonesia era 1980-an. Tetapi kita masih kekurang genre yang lain, terutama film yang mendidik seperti film anak-anak, atau film-film yang memotivasi untuk kemajuan hidup.

Meskipun demikian harus diakui bahwa film Indonesia saat ini sedang berpotensi untuk maju dan terus berkembang menjadi lebih baik, asalkan jumlah film yang semakin banyak harus diimbangi dengan kualitas film yang makin baik pula, karena masyarakat pada dasarnya menginginkan film Indonesia yang berkualitas. Indikator majunya industri film tanah air tidak hanya ditunjukkan dari banyaknya film yang diproduksi dan meningkatnya kualitas pemain, cerita, serta manajemen perfilman itu sendiri, tetapi juga dengan semakin bertambah banyaknya penggemar film Indonesia layar lebar.

Kami dari Kineria.com pun memiliki harapan yang sama, untuk memajukan dunia perfilman Indonesia. Kita tentunya berharap semoga di masa mendatang dunia perfilman indonesia dapat kembali menjadi raja di negeri sendiri dan juga bisa bersaing dengan industri perfilman luar negeri sekelas hollywood, atau bahkan siapa tau film-film Indonesia berkualitas nantinya malah bisa merajai pangsa pasar perfilman dunia. Kita nantikan saja.