09 Oct

Abdalah Gifar, Tabrak Pakem Film Sejarah

“Bagi kami, sejarah itu bukan sesuatu yang suci atau yang sudah pasti terjamin 100% keasliannya. Bukan tidak mungkin fakta sejarah yang kita ketahui sekarang lewat pengajaran ataupun buku-buku merupakan suatu hasil konstruksi. Seperti zamannya Orde Baru yang mengangkat peristiwa G30S/PKI.”

Namun kami dapat menjamin 100% bahwa pernyataan di atas bukan hasil konstruksi orang militer. Ya, pernyataan tersebut terlontar dari Abdalah Gifar, filmmaker muda nan berbakat yang telah banyak memproduksi film pendek bergizi, salah satunya…Pencuri Sejarah. Jawaban dari pertanyaan ‘mengapa ia kali ini tertarik membuat film bertemakan sejarah’ yang sekaligus membuka interviu kami dengannya.

Lebih lanjut laki-laki kelahiran Bandung 26 tahun silam ini menyiratkan soal kurangnya riset mendalam dalam pembuatan film-film sejarah di Indonesia.

“Kerap kali para pembuat film Indonesia yang ‘latah’ membuat film sejarah terkungkung oleh pengetahuan sejarah yang (hanya) diketahuinya sekarang dan (nekat) membuat film yang bukti, fakta ataupun makna di baliknya tidak sepenuhnya diyakini benar,” kata Gifar.

Tren film biopik—yang memang beririsan dengan sejarah—yang sedang musim di negeri ini, memang tak sedikit yang akhirnya memantik kontroversi di hari penayangannya. Yang masih hangat tentu saja ramai-ramai Soekarno: Indonesia Merdeka. Film besutan Hanung Bramantyo tersebut dianggap beberapa pihak—termasuk Rachmawati Soekarno Putri—melenceng dari fakta lapangan.

Dikaitkan dengan Pencuri Sejarah, Gifar kembali menambahkan bahwa filmnya tersebut mencoba keluar dari stereotip film sejarah kebanyakan.

“Kami justru ingin membuat sejarah menjadi sesuatu yang menarik dalam kemasan film. Biarlah fakta-fakta sejarah yang sebenarnya digali oleh orang yang memiliki kompetensi. Dengan begitu harapannya, orang menjadi tertarik untuk menggali fakta-fakta sejarah,” ucap jebolan Jurnalistik Universitas Padjadjaran itu lagi.

Dalam penggodokan Pencuri Sejarah, Gifar dan tim kerjanya di Traffic Light Pictures (TLP) mendapat tenaga ekstra yang tidak main-main. Menempati posisi Director of Photography (DoP) ada nama sinematografer kawakan, Yadi Sugandi. Tak hanya Yadi, Joko Anwar pun dilibatkan dalam tahap pascaproduksi.

Bersama TLP, Gifar sempat pula mencicipi workshop dari Indonesian Film Directors Club (IFDC) atau asosiasinya sutradara film layar lebar Indonesia pada 2012 lalu. Saat itulah Pencuri Sejarah terpilih untuk disupervisi langsung oleh para sineas nasional.

“Terus cerita dari editor dan produser yang mengawal post production juga cukup menarik. Bagaimana tim saya dikontrol langsung oleh Joko Anwar dan sempat diatatar soal storytelling saat penyuntingan,” kata sutradara yang juga berprofesi sebagai jurnalis di salah satu media massa berbasis ekonomi itu.

Terhitung hingga saat ini, Gifar telah merampungkan empat film fiksi panjang dan 14 film pendek. Termasuk keterlibatan dirinya dalam film Lembar Jawaban Kita produksi TLP yang dibanjiri berbagai penghargaan. Terkini tentu menjadi Film Terbaik Kategori Drama di Indonesia Short Film Festival (ISFF) 2015 yang diselenggarakan SCTV.

Tak kalah dengan Lembar Jawaban Kita yang sukses bercerita menyoal “ujian” lain seorang murid Sekolah Dasar (SD), Pencuri Sejarah pun punya rentetan prestasi yang patut pula diapresiasi. Selain terpilih menjadi salah satu dari empat film dengan cerita terbaik dalam Indonesian Film Directors Club (IFDC) workshop competition 2012, film ini juga masuk nominasi ‘Film Pendek Terpilih’ dalam Piala Maya 2013 dan Ganesha Film Festival (Ganffest) 2014. Hmm…nyatanya lagi Inggris dan Perancis sempat pula memutar film ini.

“Secara umum tren film pendek di Indonesia pasang surut, tergantung bagaimana ‘kegairahan’ penyelenggara festival atau kompetisi di tanah air,” kata Gifar saat kami mintai pendapatnya tentang tren film pendek di Indonesia kini.

Nah, maka dari itu, untuk terus merangsang bakat para sineas muda, Piala Maya dan Kineria kembali membuka pendaftaran untuk lima kategori kompetisi. Agar lebih nyaman dicerna dan jelas dilihat, yuk klik tautan: https://kineria.com/pialamaya.