10 Apr

Berbicara Nasionalisme Tanpa Berceramah

Tidak sedikit masyarakat di negeri ini yang menganggap menonton sebuah pertandingan sepak bola merupakan kewajiban dariNYA, pergi ke stadion yang sama halnya dengan naik haji ke tanah suci, dan klub yang mereka bela adalah berkah perpanjangan tangan tuhan dalam bentuk agama kedua. Sepak bola memang menjadi olahraga nomor wahid di Indonesia, walaupun kerap dikecewakan olehnya, riuh suporter kita di dalam stadion boleh dipastikan tak pernah surut jika Evan Dimas cs. mainkan laga kandang. Jangan lupakan pula antusiasme penonton layar kaca yang menyebabkan rating Ganteng-Ganteng Serigala Read More

26 Mar

Ulasan Film “The Unlovables”

Film tanpa komunikasi verbal langsung ini mungkin saja tampak terinspirasi dengan novel karangan Junot Diaz berjudul The Brief Wondrous Life of Oscar Wao. Novel yang pula meraih Pulitzer Award atau penghargaan tertinggi dalam bidang jurnalisme di Amerika Serikat untuk kategori fiksi pada tahun 2008.

Priesnanda Dwisatria, sutradara film ini, sempat memberi “mimbar” untuk novel tersebut. Ya, tepat di fragmen ketika si tokoh laki-laki terusik cumbu rayu satu pasangan yang sedang kasmaran di sebuah areal kampus. Hal yang saling memunggungi antara tabiat si tokoh dan realita lapangan.

Jika dalam The Brief Wondrous Life of Oscar Wao, Diaz menjabarkan bahwa Read More

19 Mar

Profil Sutradara: Luhki Herwanayogi

“Karakter terbatas di Twitter kerapkali memunculkan bias-bias pesan yang tidak jarang menimbulkan banyak masalah”- Luhki Herwanayogi. Sebiji perkara yang memang tidak jarang timbulkan berjibun petaka. Gejala yang diangkat sutradara asal Yogyakarta itu dalam karya film terbarunya, Aku Kudu Piye, Tweeps?.

Hanya berlatar kamar pribadi yang dijejali pernak-pernik khas lelaki belia, Luhki mencoba menguak ketidaknyamanan yang bahkan bisa hadir di zona nyaman kita itu. Didot—tokoh utama film ini—digambarkan terpusing-pusing di bilik tidurnya hanya lantaran ia tidak menggunakan sosial media dengan arif.

“Sosial media punya dua sisi, positif dan negatif, sehingga kita harus pintar-pintar menggunakannya. Sosial media bisa sangat berguna, tapi bisa juga jadi petaka, bahkan datang dari tempat ternyaman kita,” ujar Luhki.

Menarik menilik beberapa fragmen dalam film ini. Sekali tempo, Luhki sempat menyisipkan sebuah kiasan dalam bahasa Jawa yang berbunyi ‘koyok munyuk ketulup’. Didot yang saat itu mencak-mencak kepada kakaknya imbas sebab sepele, ya, charger-nya telat dikembalikan. Respon Didot yang berlebihan itulah yang Read More

16 Mar

Ulasan Film “Kitchen Knight”

Pertama kali menonton film animasi ini, mungkin di benak Anda terlintas film Petualangan Sherina. Kenapa? Saksofon dan irama yang riang. Ya, hal yang diharapkan Donny Irianto—empunya film ini—menjadi stimulan bagi pemirsanya untuk menonton dengan nikmat hingga tuntas. Apalagi, untuk ukuran film pendek, Kitchen Knight punya durasi yang relatif singkat.

Setengah dua belas kurang sedikit di dapur yang jauh dari hiruk pikuk dapur restoran pada umumnya. Tumpukan wajan, panci, dan piring kotor tidak kelihatan lagi. Tampaknya, sedang ada yang dinanti oleh dua chef “penunggu” dapur berlantai papan catur itu. Benar saja, Dolares datang.

Siapa Doleras? Diantar sang supervisor restoran, ia bertandang mengenakan blus merah, lengkap dengan tudung kepala ala Ratu Elizabeth yang dihias ornamen mungil berwarna ungu. Perempuan berperawakan mirip salah satu petinggi partai politik di Indonesia ini ternyata seorang penguji yang akan Read More

09 Mar

Ulasan Film “Salah Gaul”

Apakah menjadi ALay alias Anak Layangan alias Anak Lebay alias Anak Kampung atau terserah lha Anda mau mendefinisikannya seperti apa, merupakan cara bergaul yang salah? Apakah kita yang meng-klaim diri kita bukan bagian dari mereka sudah bebas dari predikat tersebut? Belum Tentu!

Ya, berangkat dari gelagat alay yang sedang naik daun di Indonesia, setidaknya dua pertanyaan di atas membuat duo Abdul Razzaq dan Sahree Ramadhan tergerak untuk mendokumenterkannya. Mulai dari pelajar hingga wanita karir mereka mintai pendapat soal alay dan segala problematikanya.

Tidak ada definisi pasti dari apa yang dinamakan alay yang ditawarkan dalam film ini. Penonton diajak ikut memaknai apa yang disebut dengan alay, apa yang biasanya mereka kerjaan, bagaimana mereka berpenampilan, sampai di mana tempat mereka bersosialisasi. Royal Plaza kompak disebut oleh para narasumber sebagai tempat berkumpulnya para alay, Mall itu paling sering disebut karena memang syutingnya mengambil tempat di Surabaya. Jangan salah, Read More

26 Feb

Ulasan Film “Gundah Gundala”

Invasi “barang” impor di Indonesia membuat Wimar Herdanto tergelitik bergerilya dengan Gundah Gundala-nya. Mengisahkan obrolan yang tidak begitu santai di sebuah warung kopi, Gundala Putra Petir diketahui baru saja terlibat perbincangan dengan (mantan) kameradnya dalam membasmi tabir kejahatan di kolong nusantara, ya, Gatotkaca.

Di saat tren film kontemporer menyoal heroisme tidak sedang menggunakan aktor yang ganteng-ganteng amat sebagai jagoannya, Wimar pun barangkali menjadi penganut mazhab yang sama. Iron Man (2008) dengan Robert Downey Jr. atau Edward Norton yang berperan sebagai Bruce Banner dalam The Incredible Hulk (2008) menjadi salah duanya. Karena menjadi sesuatu yang nisbi, sisanya silakan Anda cari dan tentukan sendiri.

Di penghabisan era 60-an, pahlawan rekaan kita sebenarnya mulai sanggup mengimbangi serbuan Flash Gordon, Superman, pun Tarzan. Nama-nama seperti Gundala Putra Petir, Godam Manusia Besi, Pangeran Mlaar, hingga Jin Kartubi perlahan-lahan memangkas dominasi Pahlawan-Pahlawan Barat tersebut. Memang, kudu diakui, pengaruh bule-bule itu tidak sekonyong lepas begitu saja dari penggarapan banyak superhero asal Indonesia. Tapi tunggu dulu, Read More

13 Feb

Ulasan Film “Pilem Pertamaku”

Apakah kamu masih ingat pada film pertama yang ditonton di bioskop entah atas ajakan orang tua atau kemauan sendiri? Bagi penulis, pengalaman sinematik pertama terjadi saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Kala itu, keinginan untuk melahap film di layar lebar berasal dari diri sendiri yang memang sedikit banyak telah tumbuh semenjak diperkenalkan oleh orang tua lewat iklan bioskop surat kabar (terdengar aneh, ya?).

Setelah berbulan-bulan merengek berharap memperoleh kesempatan itu – ada beberapa film yang penulis harapkan bisa tonton lantas berlalu begitu saja – akhirnya permintaan pun dikabulkan. Bersama saudara sepupu dan kakak perempuan, penulis diboyong ke salah satu bioskop di kampung halaman (kini telah rata dengan tanah wujudnya!) untuk menyaksikan ‘Batman Forever’ arahan Joel Schumacher. Tidak terlalu ingat siapa yang memilih film, yang jelas saat itu citra Batman di keluarga dianggap sebagai film anak-anak. Hasilnya? Read More

10 Feb

Ulasan Film “Salah Gaul”

Dalam obrolan keseharian di kalangan anak-anak muda, sering kita menjumpai istilah ‘alay’ dilontarkan. Penerapannya pada kalimat umumnya berkisar “gaya kamu itu lho alay banget!”, “jangan seperti anak alay deh!”, “nggak ah, itu kan alay banget!”, dan sebagainya-sebagainya. Seketika menimbulkan kepenasaran, apa sih yang dimaksud dengan alay? Membolak-balikkan Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk menggali informasi definisi paling tepat mengenai istilah ini tentu tidak ada gunanya karena penggunaan kata ‘alay’ sendiri baru berkembang beberapa tahun belakangan ini yang itu Read More