08 Jun

Elegi Keroncong Tugu

Menyambut ulang tahun Jakarta yang entah sudah memasuki tahun ke-empat ratus delapan puluh berapa—488 ternyata setelah barusan saya menggugling—, kurang afdol rasanya jika tren topik pembahasan kita melulu berkutat soal macet, begal, JKT48, Ahok atau Haji Lulung sekalipun. Tenangkan pikiran sejenak, kalem, manjakan telinga Anda selama seperempat jam ke depan dengan menikmati alunan musik keroncong ala film Musica de Tugu.

Selama ini kita, hmm…maksud saya, Anda (mungkin) tahu, keroncong yang kita kenal sekarang tak lepas dari pengaruh musik asli Portugis yang bernama Read More

15 May

Nagi, UN, dan Splash After Class

Bulan-bulan ini memang musimnya untuk kembali berpolemik tentang dunia pendidikan kita yang tengah ruwet penyelenggaraan Ujian Nasional (UN). Pasalnya, beberapa tahun belakangan tidak sedikit yang mulai beranggapan bahwa UN bukanlah penentu kualitas hasil belajar seorang pelajar selama ia bersekolah. Salah satu alasan penolakan mereka yang paling relevan dengan film animasi pendek berjudul “Ujian” ini yaitu terlalu banyak ekses dan rekayasa di dalamnya. Tentu di musim UN seperti ini telinga kita dipaksa akrab dengan berita-berita yang berkaitan dengannya. Sayang, kebanyakan negatif. Mulai dari bocornya kunci jawaban hingga mereka-mereka yang kegep Read More

04 May

Anak-Anak Rimba yang “Mbalelo”

Jauh sebelum Sokola Rimba lalu lalang di bioskop-bioskop kesayangan Anda akhir 2013 lalu, Anak Rimba keluaran Laguna TV ternyata lebih dulu mengangkat tema pendidikan yang memfokuskan baca, tulis, dan hitung (Calistung) dalam lingkungan kanak-kanak suku pedalaman. Sokola Rimba dan Anak Rimba memang mempunyai kesamaan dalam penerapan tema dan setting, namun yang paling kentara membedakan keduanya adalah soal pemilihan genre. Jika Miles Film mengangkat Sokola Rimba-nya lewat sisi drama hasil adaptasi novel dengan judul yang sama karya Saur Marlina Manurung (2007), Laguna TV memilih menggunakan metode dokumenter untuk Anak Rimba-nya. Ya, dua film yang Read More

23 Apr

Menikmati Rutinitas Banjir Jakarta

Banjir Jakarta tak lagi terasa sebagai musibah melainkan telah menjadi sebuah rutinitas. Imbasnya, masyarakat kembali harus menurunkan standar kesejahteraannya tatkala memilih berdomisili di Jakarta. Selain masalah macet, banjir katanya menjadi pokok konstrentasi dari para pemangku kepentingan ibu kota. Ya, sembarang membuang sampah sambil mencak-mencak menyalahkan pemerintah memang memuakkan, namun pengejawantahan dari program penanganan yang tampak kalah banyak dari mal-mal baru pun tak kalah memuakkannya.

Siklus banjir lima tahunan juga tengah dirasakan Enjeh, dara manis Read More

10 Apr

Berbicara Nasionalisme Tanpa Berceramah

Tidak sedikit masyarakat di negeri ini yang menganggap menonton sebuah pertandingan sepak bola merupakan kewajiban dariNYA, pergi ke stadion yang sama halnya dengan naik haji ke tanah suci, dan klub yang mereka bela adalah berkah perpanjangan tangan tuhan dalam bentuk agama kedua. Sepak bola memang menjadi olahraga nomor wahid di Indonesia, walaupun kerap dikecewakan olehnya, riuh suporter kita di dalam stadion boleh dipastikan tak pernah surut jika Evan Dimas cs. mainkan laga kandang. Jangan lupakan pula antusiasme penonton layar kaca yang menyebabkan rating Ganteng-Ganteng Serigala Read More

02 Apr

(Not a) Good News from Indonesia

PosterRetorika normatif Pak Susilo yang makin ke sini makin bikin kangen saja, menjadi mukadimah film bergenre dokumenter ini. Pidato resmi kenegaraan ihwal Pilpres 2009 yang disampaikannya dengan kalem dan runtut dibiarkan oleh Wawan Sumarmo, empunya film, menjadi sebuah narasi pembuka. Lha kan belum genap setahun kita-kita ditinggal beliau, masak sudah sebegitu kangennya? Ya, sayang memang, cuap-cuap-nya yang tampak tegas nan “terbungkus” macam itu sudah kadung menjadi terapi bagi kami-kami yang seringkali mengalami sulit tidur. Hal yang relatif tak terdapati pada “imam” kita sekarang yang entah sedang ada di mana, Pak Joko. Kebalikannya Pak Susilo, Pak Joko Read More

26 Mar

Ulasan Film “The Unlovables”

Film tanpa komunikasi verbal langsung ini mungkin saja tampak terinspirasi dengan novel karangan Junot Diaz berjudul The Brief Wondrous Life of Oscar Wao. Novel yang pula meraih Pulitzer Award atau penghargaan tertinggi dalam bidang jurnalisme di Amerika Serikat untuk kategori fiksi pada tahun 2008.

Priesnanda Dwisatria, sutradara film ini, sempat memberi “mimbar” untuk novel tersebut. Ya, tepat di fragmen ketika si tokoh laki-laki terusik cumbu rayu satu pasangan yang sedang kasmaran di sebuah areal kampus. Hal yang saling memunggungi antara tabiat si tokoh dan realita lapangan.

Jika dalam The Brief Wondrous Life of Oscar Wao, Diaz menjabarkan bahwa Read More

16 Mar

Ulasan Film “Kitchen Knight”

Pertama kali menonton film animasi ini, mungkin di benak Anda terlintas film Petualangan Sherina. Kenapa? Saksofon dan irama yang riang. Ya, hal yang diharapkan Donny Irianto—empunya film ini—menjadi stimulan bagi pemirsanya untuk menonton dengan nikmat hingga tuntas. Apalagi, untuk ukuran film pendek, Kitchen Knight punya durasi yang relatif singkat.

Setengah dua belas kurang sedikit di dapur yang jauh dari hiruk pikuk dapur restoran pada umumnya. Tumpukan wajan, panci, dan piring kotor tidak kelihatan lagi. Tampaknya, sedang ada yang dinanti oleh dua chef “penunggu” dapur berlantai papan catur itu. Benar saja, Dolares datang.

Siapa Doleras? Diantar sang supervisor restoran, ia bertandang mengenakan blus merah, lengkap dengan tudung kepala ala Ratu Elizabeth yang dihias ornamen mungil berwarna ungu. Perempuan berperawakan mirip salah satu petinggi partai politik di Indonesia ini ternyata seorang penguji yang akan Read More