27 Nov

Ulasan Film “Rumah Senja”

Film pendek Rumah Senja

Apakah arti dari keluarga? Secara general, keluarga memiliki arti sebagai kelompok sosial terkecil dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang terdiri atas sejumlah individu dan memiliki hubungan, ikatan, kewajiban, serta tanggung jawab diantara satu sama lain. Apabila diartikan lebih luas, boleh jadi keluarga menemukan maknanya masing-masing pada sejumlah orang, tak persis sama. Bagi penulis sendiri, keluarga adalah sebuah tempat dimana sekumpulan orang peroleh cinta, kasih sayang, maupun kebersamaan secara tulus tanpa membubuhkan pamrih di atasnya. Pada hal ini, tidak terbatas pada keluarga inti semata – seperti ayah, ibu, kakek, nenek, kakak, dan semacamnya – tetapi turut mencakup ‘kawan seperjuangan’ yang saking lengketnya sampai-sampai hafal luar dalam diri kita. Bukankah sering mendengar, “kami begitu akrab, dia sudah saya anggap seperti saudara sendiri” di keseharian?

Akan tetapi, sedihnya, tidak semua orang menghargai salah satu hadiah terindah yang diberikan oleh Tuhan ini. Di tengah era teknologi informasi yang telah begitu maju – sekaligus menuntut masyarakat bergerak lebih aktif agar tak tergerus habis oleh persaingan – malah kebersamaan diantara anggota keluarga semakin menurun dalam tingkatan signifikan, tidak sedikit pula yang hilang sama sekali khususnya bagi Read More

19 Nov

Piala Maya 2014 Berwarna Semakin Maya

Gerakan anak muda Indonesia untuk Dunia Perfilman Indonesia   #cintacitacipta

Sebagaimana tahun 2013, di tahun 2014 ini Kineria.com kembali bekerjasama mendukung penyelenggaraan Piala Maya 2014.

Untuk tahun ini, Piala Maya berwarna semakin maya alias online dengan berbagai kegiatan di dunia maya : Open Submission, Open Recruitment, Pekan Film Online, Screening dan Voting online, semua di website Kineria.com

Dengan demikian para penghuni dunia maya bisa semakin terlibat dalam seluruh kegiatan festival film Piala Maya tahun ini, lebih dari hanya membaca dan komentar di linimasa saja.

Saat ini pendaftaran peserta kompetisi film untuk kategori dokumenter, film pendek, animasi, dan film daerah telah ditutup sejak 10 November lalu. Tahap berikut kegiatan Piala Maya adalah: Read More

19 Nov

Ulasan Film “Mulih”

Bagi kebanyakan perantau, mulih – dalam Bahasa Indonesia memiliki arti pulang ke rumah atau kampung halaman – adalah salah satu momen yang dinanti-nantikan kehadirannya. Aktifitas ‘mulih’ paling ramai di Indonesia dapat dijumpai beberapa hari sebelum Hari Kemenangan bagi umat Muslim dirayakan, atau lebih dikenal dengan istilah mudik. Berbondong-bondong jutaan manusia yang mayoritas disesaki penghuni ibukota menyerbu beragam penjuru untuk bersilaturahmi dan melepas rindu bersama sanak saudara. Kelelahan yang menghiasi hari-hari kala mencari nafkah lantas tercairkan. Energi yang sebelumnya nyaris terkuras habis, terisi ulang. Memberikan semangat baru untuk menyongsong hari dengan senyum kembali terkembang di wajah. Menyenangkan… untuk sebagian orang. Karena mulih yang bisa saja diasosiasikan selalu dengan mudik tidak senantiasa memberikan kabar gembira bagi pelaku dan keluarga. Tidak sedikit berita mengiris hati menghiasi surat kabar di saat kebahagiaan seharusnya menghinggapi diri. Tapi tak sedikit pula tragedi menyakitkan yang tak pernah tersiarkan beritanya, hanya mengendap di ingatan masing-masing.

Ada beragam cerita yang bisa didapat dalam perjalanan pulang ke rumah, entah itu bersifat penuh kegembiraan, melelahkan, menjemukan, atau malah dipenuhi tragedi. Terkadang, alasan yang menyertai panggilan balik kampung seseorang pun tidak mesti bernada positif, ada kalanya sesuatu yang menyesakkan hingga Read More

19 Nov

Ulasan Film “Sang Suporter”

Tatkala imajinasi-imajinasi mulai melenggak-lenggok liar di kepala berharap sudah waktunya dituangkan sebagai sebuah karya, maka tiada medium paling memungkinkan untuk memfasilitasinya selain film animasi. Melaluinya, si pembuat film bebas sebebas-bebasnya mengeksplor daya khayalnya tanpa perlu mengkhawatirkan sejumlah batasan yang memungkinkan terhambatnya laju proses kreatif, yang mana tentunya ini bakal dijumpai saat memaksa kegilaan ide diterjemahkan secara live action. Wiryadi Dharmawan atau akrab disapa Cak Waw, yang pada dasarnya memang bergerak di sektor animasi menyadari sepenuhnya hal itu. Mengejawantahkan cerita kompilasi komik lokal ‘Gilanya Bola’ yang sesuka hati (tapi tetap berisi) ke dalam bahasa gambar tentunya bukan perkara mudah jika dilakonkan oleh aktor-aktris. Kendala utama yang barang tentu bakal ada: bujet yang berlimpah ruah dan pemanfaatan efek khusus. Jika sudah begini, kemungkinan paling masuk akal adalah proyek film berjalan di tempat (atau malah dibungkus begitu saja).

Oleh karenanya, Cak Waw pun menghidangkan ‘Sang Suporter’ dalam bentuk film animasi pendek. Tidak perlu bermewah-mewah ria dengan memanfaatkan teknologi 3D yang ada seperti halnya kebanyakan film animasi saat ini, melainkan cukup bergantung pada animasi konvensional untuk menghantarkan kisah. Lebih murah meriah. Dibuat untuk merangkul impian suporter sepakbola tanah air yang Read More

18 Nov

Review : Harry van Yogya

Setelah memulai langkah yang meyakinkan lewat ‘Hide and Sleep’ yang dipenuhi shot bernada eksperimental, Ismail Basbeth mengemas film keduanya yang diberi tajuk ‘Harry van Yogya’ secara sederhana. Anda tidak akan menemukan sesuatu yang aneh di sini, segalanya dialirkan dengan cara yang terbilang normal untuk ukuran Ismail Basbeth, berlangsung singkat, tetapi lagi-lagi menyimpan kritikan sosial terhadap kondisi sosial di sekitar kita yang begitu menohok. Jika ada bentuk percobaan yang kentara terasa di film kedua si pembuat film ini, maka itu bukanlah soal gaya pengambilan gambar atau tatanan pengisahannya. Itu berkaitan dengan aliran jenis film yang dipilihnya. Tidak lagi bermain-main di ranah fiksi, Ismail Basbeth mencoba untuk mengambil jalur dokumenter demi menghantarkan gagasan yang ingin disampaikannya melalui ‘Harry van Yogya’.

Dengan durasi yang hanya merentang sepanjang 6 menit, ‘Harry van Yogya’ mengalir secara ringkas, padat, dan jelas. Apa yang dikuliknya pun sejatinya sederhana, Read More

06 Nov

Review : Hide and Sleep

Apakah Anda pernah mengalami terbangun di suatu pagi dan mendapati barang-barang di sekitar kamar berada dalam posisi yang tidak semestinya? Kekacauan tidak disebabkan oleh orang lain yang (mungkin) mengendap-ngendap masuk ke kamar, melainkan diri Anda sendiri… dalam posisi tidur!  Ya, semacam sleepwalking. Meski tidak sampai menciptakan kekacauan, saya pernah mengalaminya sekali dua kali – setidaknya itu yang diungkapkan oleh teman satu kos saya – yang berdampak pada terbuka lebar-lebarnya pintu kamar mandi yang semula terkunci rapat. Entah apa yang sesungguhnya terjadi, saya pun sama sekali tidak mengingatnya. Bahkan diri ini terperanjat saat mendengar kisah itu. Susah dipercaya! Peristiwa serupa (tapi tak sama) inilah yang dikulik oleh Ismail Basbeth dalam film fiksi pendek perdananya yang dipertontonkan ke khalayak ramai, Hide and Sleep.

Seorang protagonis dalam wujud seorang mahasiswa berambut kribo bernama Ramlan bangun di suatu pagi hanya untuk mendapati ada yang sesuatu yang salah di kamar kosnya (atau malah pada dirinya?). Read More