11 Sep

Getir Fitri di Malam Idul Fitri

Tetap “ngejablay” dalam atmosfer Idul Fitri memang menjadi fenomena yang terlihat paradoks. Terlebih jika sosok tersebut pun memiliki nama Fitri—yang secara harfiah banyak orang mengartikannya ‘suci’—. Irisan antara Idul Fitri, Fitri, dan dunia esek-esek memang menjadi gagasan utama dalam film yang juga diberi judul Fitri ini. Film karya Sidi Saleh yang duluan digarap sebelum Maryam (2014) coba membawa kisah seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) yang terpaksa melakukan rutinitasnya di saat teman-teman seprofesinya menikmati hasil keringat dan asyik berkumpul bersama keluarga di kampung halaman mereka masing-masing. Fitri dalam Fitri harus rela tak pulang kampung sembari mengarungi kegetiran ‘malam takbiran’-nya.

Negosiasi alot berakhir buntu yang dilakukan sang mucikari kepada Fitri untuk menunda kepulangannya hingga ba’da lebaran, tidak diindahkan dara bertubuh sintal itu. Sadar “ATM berjalannya” pulang kampung, Read More

28 Aug

Magi Bubur Penolak Bala

Salah satu nominasi dalam kategori ‘film dokumenter terpilih’ Festival Film Online (FFOK) 2015 ini merupakan satu dari puluhan episode yang dapat Anda saksikan lewat kanal Selasar Nusantara. Episode berjudul Bubur Penolak Bala ini coba mengetengahkan kisah desa yang penuh dengan klenik. Tidak hanya itu, desa yang diketahui bernama Ranca Kalong ini pun menyimpan riwayatnya yang lain. Bagi para cenayang yang tengah mendalami ilmu kanugaran aka ilmu kebal dan kebatinan, dusun inilah yang menjadi sentral untuk mereka mendalami ilmu tersebut.

Pernah dengar Sunda Wiwitan? Betul, salah satu kepercayaan asli nusantara yang Read More

14 Aug

Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (di Meja)

Satu lagi film berlatar Sejarah Indonesia yang dikemas dengan segar. Pakem film bertemakan sejarah yang melulu dibalut epos kepahlawanan, membuat film berjudul Pencuri Sejarah ini menjadi semacam oase di belantara perfilman Indonesia. Menghadirkan sosok Presiden pertama RI Soekarno kualitet super—yang aktingnya juga layak disejajarkan dengan Soekarno KW lainnya, Aryo Bayu, dalam Soekarno: Indonesia Merdeka (Hanung Bramantyo, 2013)—, fiksi ini mengisahkan sepasang laki-laki dan perempuan dengan gaya kekinian yang “berprofesi” sebagai maling alias penggondol dokumen negara. Apa motivasi keduanya melakukan tindakan tak terpuji tersebut? Apa tidak lebih baik bagi mereka meniru sebayanya dengan membuka kios makanan atau minuman di Pasar Santa?

Jangan berpikir film ini seberat atau sekontroversi Read More

07 Aug

(Sok) Nasionalis Dulu, Kebarat-Baratan Kemudian

Hmm…singkirkan sebentar film-film bercorak non-Indonesia. Jelang 70 tahun Indonesia merdeka, tak salah jika kita merayakannya bukan dengan makan kerupuk, balap karung, atau menangkap belut (lagi), namun, ya, lewat film. Salah satu soft power potensial kita untuk gantian “menjajah” bangsa lain. Nah, seiring hal tersebut pula Kineria eksis di dunia dalam jaringan (daring). Sembari mengenalkan budaya Indonesia dengan sajian film-film bertemakan keindonesiaan, dunia internet yang tanpa batas tersebut, otomatis pula memudahkan filmmaker-filmmaker muda nan berbakat untuk ‘go internesyenel’.

Tidak hanya film panjang macam, misalnya, Minggu Pagi di Victoria Park (Lola Amaria, 2010) yang acap menyiratkan atau, misalnya, Tanah Air Beta (Ari Sihasale, 2010) yang Read More

23 Jul

Suka Suka Suku Bajo

Merindukan kampung halaman memang suatu yang wajar, apalagi di hari-hari menjelang Lebaran. Tidak salah pula jika tiket beragam moda transportasi lintaskota lintasprovinsi ludes terjual sejak jauh-jauh hari. Bagi kamu yang tidak kebagian dan harus rela tak pulang kampung, tenang saja. Untuk meminimalisasi kekenyangan kangen pada kampung halaman, Kineria dan Laguna TV siap membantu kamu lewat serial Kampoeng Halaman.

Episode Dunia Air Suku Bajo yang duluan kami bahas. Dokumenter yang memvisualkan daya pikat laut dan kehidupan sosial salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara ini, mungkin sedikit membesitkan kamu pada Wakatobi. Ya, Suku Bajo adalah suku yang Read More

10 Jul

Ironi di Kota Santri

Jika Anda ingin merasakan bagaimana kehidupan pesantren namun ogah masuk pesantren yang hanya diizinkan pulang ke rumah setahun dua kali, Ramadan ini adalah momentum Anda. Gerakan Nasional “Ayo! Mondok” atau pesantren-pesantren kilat lainnya yang mewajibkan pesertanya untuk belajar dan menginap untuk beberapa hari saja bisa menjadi solusi. Jadi jangan takut-takut rindu pacar rumah, tak bisa menggerayangi ponsel, atau khawatir tak lagi dapat melancong ke mal esok hari, lha kan paling absennya cuma 3-4 hari atau lebih lha dikit. Masih ga mau juga? Ya sudah, mungkin memang saatnya Anda menyimak film karya Orizon Astonia ini. Jiwa-jiwa muda yang terkungkung yang akhirnya menemukan “passion” mereka masing-masing. Ya, Lewat Sepertiga Malam menawarkan tontonan yang agaknya bakal dinyinyiri oleh Read More

01 Jul

Ikut Mengikuti Para Pengikut

Rizieq Shihab, Hasan bin Ja’far, (alm.) Munzir Al-Musawa, siapa lagi nama habaib yang namanya familiar di telinga Anda? Atau yang parasnya terlintas ketika Anda melewati persimpangan jalan yang dijejali spanduk undangan pengajian? Atau malah Anda lebih terkesan dengan kemacetan yang disebabkan jalan yang biasa Anda lalui ditutup demi hajatan beliau-beliau di atas? Bersiaplah jika tiba-tiba ada yang menguliahi Anda dengan pertanyaan bernada rada sarkas macam “mau macet di dunia apa di akhirat, mas?”.

Bukan soal siapa pentolan majelis pengajian mana yang bakal dibahas dalam film dokumenter berjudul The Followers ini. Tapi…pengikutnya, dan segala loyalitas mereka tentu yang akan Anda saksikan sebentar lagi. Chairun Nissa, sutradara film ini, coba memfilmkan anggota sebuah majelis pengajian di Read More

12 Jun

Hidup Tanpa Sekat ala Kampung Kinam

Siapa yang tak mau hidup dalam keharmonisan? Mungkin mereka-mereka yang tidak tenang sukmanya atau hobi kelahi saja yang ingin terus-terusan berada dalam kecemasan dan kebisingan. Jika di Jakarta bersanding Istiqlal dan Katedral yang merupakan simbol ke-Indonesia-an, di Kampung Kinam, Papua Barat, pun dapat kita temukan Masjid Al-Yasin dan Gereja Kampung Kinam yang nyaman berdampingan. Sebuah potret hidup bertoleransi yang ternyata bukan sesuatu yang njelimet.

Harmoni Di Balik Tradisi Satu Tungku Tiga Batu judul film ini. Tiga kata di akhir “Satu Tungku Tiga Batu” menjadi sebuah metafor untuk menyebut “Islam-Kristen yang saling menghormati dan menjunjung tinggi kebersamaan” dan mungkin pula untuk menegaskan “Hey, lihat! Read More