26 Feb

Ulasan Film “Indonesia Sekarang”

Apa yang terlintas di benak Anda bila disodorkan rapid question yang meminta Anda menyebutkan dua kata menyoal Indonesia sekarang? Negara Korup?, Negeri Sepakbola?, atau…Revolusi Mental?. Bila pertanyaan tersebut ditujukan kepada orang-orang di belahan dunia lain mungkin mereka bakal balik bertanya, “Indonesia? Panganan jenis apa itu?” atau kalau kita mau sedikit husnudzon dengan berasumsi “yaa…maksimal mereka pernah dengar lha nama Indonesia sebagai sebuah negara”, namun apakah Anda yakin ia tidak kembali dengan pertanyaan, “dimana tuh?”. Jika Anda tidak ingin bertele-tele dan ogah melulu ditanya balik, jelaskan saja begini “Indonesia itu tetangganya Singapura”, lawan bicara Anda tersebut kemungkinan

besar bakal berucap, “Oo…Singapura, aku tau”. Iya, Singapura, yang luasnya (hanya) segitu itu.

Petikan gitar yang disambut dua “penyanyi karbitan” bersuara fals menjadi menu pembuka film ini. Melantunkan “Bento”-nya Iwan Fals, tembang yang memang berceritera perkara pengusaha yang tamak dan korup, dendang mereka terhenti keluhkesah salah seorang teman mengenai problemnya dengan (buku) sekolah. Sebuah harapan lewat pernyataan “pinjam dulu buku ini, buat difotokopi besok” ditimpali oleh salah satu vokalis dadakan tadi yang memang bernasib serupa. Ya, salah satu pola praktik korupsi level akar rumput. Berpangkal dari buku Pendidikan Kewarganegaraan yang terlunasi namun belum sampai di tangan, obrolan bergulir hingga ke korupsi seenak udel ala para perangkat negara. Disambut dua temannya yang lain, kongko keempat anak SMA tersebut menjadi ajang menyuarakan kemasygulan masing-masing perihal Indonesia sekarang.

Menyisipkan nama-nama beken dunia perfilman dalam dan luar negeri, film yang rilis jelang Pilpres 2014 ini sempat mengekspos Dede Yusuf, Dedi Mizwar, Rano Karno, Rhoma Irama, hingga Miyabi dan Vicky Vette sekalipun. Berlatarkan ruang tamu rumah milik seorang veteran (Otig Pakis), keempatnya makin khusyuk dengan pembahasan yang memang melanda Indonesia di pertengahan 2014 itu. Mereka kompak menyangsikan kemampuan para figur publik di atas dalam usaha mengelola negara. Modal popularitas kata mereka. Kelakuan minus para petahana Senayan pun tidak luput disinggung dalam haha-hihi ini. Mulai yang kepergok mengakses situs porno sampai perilaku tak senonoh yang tersebar luas dalam format 3gp semangat mereka bahas. Tuntutan kenaikan upah buruh dan penyesuaian harga BBM pun berekses langsung pada tebal-tidaknya kocek mereka. Perbincangan soal pembajakan yang kian meresahkan pelaku industri seni dan penyadapan yang dilakukan Australia dikemas Ragha Akbar, sutradara film ini, dengan suasana yang lebih cair. Diskusi politik tak sengaja para “remaja kemarin sore” itu akhirnya ditutup isu klaim sepihak yang kerap dilakukan Malaysia terhadap kebudayaan Indonesia.

Indonesia Sekarang! tampaknya mencoba menggambarkan budaya yang makin kentara di masyarakat Indonesia belakangan yang No Action Talk Only, hak dulu baru kewajiban, menunggu momen bukan menciptakannya, dan yang maunya di- bukan me-. Ya, tentunya masyarakat yang tidak termasuk para veteran di dalamnya, individu-individu merdeka yang telah membuat kita hidup lebih nyaman buah perjuangan mereka. Mereka yang kini hidup dalam diam tanpa menuntut macam-macam.

Menarik jika kita menyimak karya Ragha Akbar ini hingga tuntas. Di latar credit title-nya, Akbar menyajikan screenshot berupa berita-berita dalam jaringan yang merangkum silang pendapat keempat anak SMA tersebut sepanjang film. Soundtrack-nya pun punya gairah yang tak terkesan sok heroik. Namun, Akbar mungkin lupa menyisipkan screenshot berita tentang veteran-veteran Indonesia, yang memang kurang mendapat perhatian pemerintah khususnya dan kita umumnya.

Beberapa potongan antarfragmen yang jelas terlihat kasar tersarukan aksen Batak, dialek Betawi, petik, dan genjreng gitar yang muncul silih berganti dari salah tiga karakter dalam film ini. Menjadi sebuah penyegaran tersendiri memang. Petikan itu pulalah yang mengiringi alunan Ibu Pertiwi, penutup komitmen keempat calon penerus bangsa untuk terus cinta kepada tanah airnya, Indonesia!