13 Mar

Masih Banyak Film Indonesia Yang Berkualitas

nonton film indonesia online

Kecewa dengan film-film Indonesia? Anda tidak sendirian. Saat bermunculannya film-film kacangan yang hanya mengumbar aurat dan dibungkus dalam tema komedi atau horror, tidak sedikit orang yang akhirnya berpendapat semua film Indonesia sama saja, dan dianggap tidak berkualitas semuanya.

Generalisasi kualitas film Indonesia salah satunya dapat kita lihat melalui komentar-komentar di forum-forum yang membahas tentang film Indonesia. Tidak heran jika sering muncul komentar seperti ini misalnya:

“Sedih ane liat film-film indonesia, udah ceritanya kebanyakan mudah ketebak, terus adegannya parah, ga mendidik juga.”

“Sesuai budget lahhh, Film Indonesia budgetnya rata-rata berani di range 1 juta – 5 juta US dolar doank. The Raid aja cuma ngabisin 1,5 juta dollar. Coba bandingin dengan film-film Hollywood yang menghabiskan sampe ratusan juta dollar. Gak usah jauh-jauh ke Holywood deh, sama China atau India aja kita masih kalah. Wajar aja kualitasnya juga rendah, karena gak ada yang berani.” Read More

12 Mar

Trend Nonton Film Streaming Di Indonesia

trend nonton film streaming di Indonesia

Trend nonton film streaming di Indonesia semakin menggila seiring dengan akses internet yang makin cepat. Berbagai layanan dari provider internet seperti Fastnet atau Indihome Fiber memungkinkan kita untuk nonton film secara online dengan lancar tanpa buffering, berbeda jauh dengan 5 tahun ke belakang ketika mengakses youtube pun diperlukan kesabaran extra menunggu buffering.

Walaupun internet cepat belum menjangkau semua wilayah di Indonesia, bahkan di kota-kota besar pun masih ada blank spot dari penyedia layanan internet yang dikenal cepat, tetapi sekarang mayoritas orang sudah tidak ragu jika harus menonton film secara online, karena secara umum kecepatan koneksi internet di negara kita saat ini rata-rata sudah memungkinkan untuk streaming TV ataupun film. Lagipula nonton Read More

12 Mar

Profil Sutradara: Wimar Herdanto

Mural Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-68 menjadi fragmen menarik di awal sajian film rilisan 2013 ini. Ya, Gundah Gundala, film besutan sutradara kelahiran Surabaya 29 tahun silam, Wimar Herdanto, coba menyinggung kolonialisme yang masih kejadian di Indonesia. Seonggok penjajahan yang dikemas secara komunal dengan sifat yang tidak berbau, laten, dan “dinikmati” jamak priyai dan proletar negeri ini.

“Meskipun usia kemerdekaan Indonesia terus-menerus dirayakan sampe 68 Tahun, sebenarnya tanpa disadari kita masih belum sepenuhnya merdeka dan masih dijajah dalam bentuk lain misalnya kapitalisme, internet, keberpihakan media, propaganda lewat Film Hollywood, dan sebagainya”, tutur Wimar, membuka tanya-jawab dengan Kineria via surel.

Gundala Putra Petir dan Gatotkaca menjadi lakon utama dalam film yang juga memunculkan nama-nama pahlawan super ala barat ini. Bukan kengototan mereka dalam memerangi penjahat dengan tampilan kostum Read More

09 Mar

Ulasan Film “Salah Gaul”

Apakah menjadi ALay alias Anak Layangan alias Anak Lebay alias Anak Kampung atau terserah lha Anda mau mendefinisikannya seperti apa, merupakan cara bergaul yang salah? Apakah kita yang meng-klaim diri kita bukan bagian dari mereka sudah bebas dari predikat tersebut? Belum Tentu!

Ya, berangkat dari gelagat alay yang sedang naik daun di Indonesia, setidaknya dua pertanyaan di atas membuat duo Abdul Razzaq dan Sahree Ramadhan tergerak untuk mendokumenterkannya. Mulai dari pelajar hingga wanita karir mereka mintai pendapat soal alay dan segala problematikanya.

Tidak ada definisi pasti dari apa yang dinamakan alay yang ditawarkan dalam film ini. Penonton diajak ikut memaknai apa yang disebut dengan alay, apa yang biasanya mereka kerjaan, bagaimana mereka berpenampilan, sampai di mana tempat mereka bersosialisasi. Royal Plaza kompak disebut oleh para narasumber sebagai tempat berkumpulnya para alay, Mall itu paling sering disebut karena memang syutingnya mengambil tempat di Surabaya. Jangan salah, Read More

02 Mar

Ulasan Film “Senyawa”

Film Senyawa

Bagi masyarakat yang bermukim di perkampungan padat penduduk, ketenangan adalah semacam kemewahan yang begitu sulit digapai. Betapa tidak, semenjak roda aktifitas bergulir sesaat setelah Adzan Subuh berkumandang, bunyi-bunyian berasal dari berbagai sumber – bocah-bocah heboh bermain, pertikaian suami istri yang meledak-ledak, lengkingan suara penjaja makanan keliling, kendaraan bermotor berseliweran kesana kemari, hingga sesekali toa masjid mengumandangan Adzan maupun melantunkan ayat-ayat suci – senantiasa menghiasi silih berganti tiada berkesudahan hingga larut malam menjelang… jika cukup beruntung.

Tidak jarang pula walau hari telah begitu gelap, sejumlah pemuda masih asyik nongkrong sekadar untuk bercengkrama seraya menenggak kopi (atau bahkan minuman keras!). Polusi suara yang bercampur mulus bersama polusi udara ini pun telah menjadi bagian tak terpisahkan bagi mereka yang memilih tinggal di perkampungan padat penduduk. Telah terbiasa di lingkungan semacam ini, penduduk pun Read More