21 Aug

Ulasan Film: “Djanggal”

Entah disangkal habis-habisan atau diterima dengan ikhlas, tagline yang diusung oleh “Djanggal” betul adanya. Hidup memang kian aneh. Film pendek arahan Adyatma Abhirama ini merupakan gambaran dari kehidupan sehari-hari yang tingkat kewajarannya makin dipertanyakan dari hari ke hari.

Tidak perlu terlampau jauh memikirkan kejanggalan yang tercipta akibat campur tangan dari dunia gaib, manusia di sekitar pun dewasa ini terbilang ahli menciptakan sesuatu yang tidak biasa. Contoh terhangat, digunjingkan beragam lapisan masyarakat tanpa berkesudahan lantaran terlampau unik menjadi drama yang menyertai pemilihan presiden tahun 2014. Apakah ada dari Anda yang menganggap ini sebagai sesuatu yang, errr … biasa-biasa saja? Mungkin saja nyaris tidak ada karena “lelucon abad ini” dipenuhi beragam keanehan, kegilaan, dan (tentu saja) keganjilan.

Tapi, ah sudahlah, toh Adyatma Abhirama juga bukan memperbincangkan ketidakwajaran ini di dalam filmnya. Yang dicupliknya bukan menyentil keanehan di dunia politik, melainkan cenderung masalah sosial dan kemanusiaan. Bersama rekan-rekannya di Sinematografi Universitas Indonesia, si pembuat film menyoroti perilaku-perilaku aneh – beberapa orang bahkan berani melabelinya dengan menyimpang – yang sulit diuraikan penyebabnya secara detail (selain karena gila, tentunya), sesuatu yang bisa jadi kerap dijumpai di tempat-tempat umum. Read More

14 Jul

Ulasan Film “Lewat Sepertiga Malam”

Dewasa ini, agama kerap dimanfaatkan sebagai tameng oleh segelontor pihak. Disalahgunakan untuk melegalkan tindakan-tindakan yang (bahkan) bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dianutnya. Tidak sekali dua kali ini terjadi, bahkan tampaknya malah telah membudaya di berbagai penjuru dunia. Melakukan pembenaran atas serangan sarat kekejian, kebencian, dan tanpa welas asih sedikit pun dengan mengatasnamakan Tuhan dan Rasul sebagai sang pemberi perintah. Sebuah fenomena nyata yang kian menggeliat dan menjadi-jadi tanpa terkendali dalam satu kuartal terakhir di 2014 setelah pesta (yang katanya sih bernama) demokrasi memercikkan gejolak politik gila-gilaan di tanah air, belum lagi adanya pembantaian memilukan di Palestina nun jauh di sana. Dendam bercampur lenyapnya akal sehat (pula welas kasih) yang telah tertimbun oleh ambisi-ambisi memantik kebutaan mata hati dan mematikan kebajikan yang telah diserukan berkali-kali oleh kitab suci. Menyedihkan.

Pilunya lagi, penggunaan agama sebagai penutup kebobrokan moral ini tidak saja diaplikasikan oleh para penggedhe-penggedhe maupun dunia perpolitikan semata, tetapi turut turun ke lapangan mengunjungi wong-wong kecil yang (mungkin saja) tidak terlampau peduli soal kisruh rebutan jabatan. Berapa kali sih Read More