29 Oct

Membedah Jeroan Superglad

Tidak pernah tidak menarik ketika kita membahas sebuah band yang tempatnya bukan di acara pagi hari, infotainment, atau talkshow-talkshow minim informasi buatan teve-teve terestrial di sini. Sempat ada RadioShow–di teve yang satu itu—yang menjadi alternatif di tengah tren musik melayu saat itu, namun entah kenapa acara tersebut didrop dan tidak pernah memunculkan lagi acara-acara serupa ke permukaan. Muncul banyak pertanyaan kala itu, salah satu yang menggelitik berbunyi “apa iya teve—dengan segala kepentingannya—memang bukan merupakan habitat yang tepat bagi para musisi indie yang pada hakikatnya ber-DNA-kan idealisme?” Mungkin saja. Ya, tentu menjadi sikap yang mulia jika masih banyak di antara mereka yang tetap loyal untuk memberi makan musik alih-alih (melulu) disuapi olehnya.

Hal di atas pula yang sempat didengungkan The Superglad dalam film dokumenter keluaran Bogalakon Pictures berjudul lengkap “Kemarin, Hari ini dan Selamanya ROCK TOGETHER” ini. “Main musiknya jujur”, kata salah satu dedengkot Rock Indonesia, Jaya Roxx, yang juga turut andil dalam membesarkan band yang digawangi Lukman ‘Buluk’s’ Laksmana (Vokal/Gitar), Agus ‘Giox’ Purnomo (Bass), Dadi Ricky Akbar (Gitar), dan Frid Akbar (Drum) tersebut.

Disutradarai Kamerad Edmond, film ini gamblang menggambarkan tabiat para personel Superglad. Mulai dari eksibionisme ala Buluk, Giox dan hafalan ‘iqomah’ pada momen kelahiran anak pertamanya, Dadi dengan bulu ketiak Eva Arnaz-nya, hingga Akbar yang merasa kepuasan batinnya lebih terpenuhi dibanding kepuasan materinya selama 9 tahun menggebuk drum di band yang ditahbiskan beraliran punk rock itu.

Ada tiga jurnalis—yang memang perhatianya lebih dituangkan di bidang musik—yang dihadirkan dalam dokumenter berdurasi 1 jam 8 menit ini. Wendi Putranto (Rolling Stone Indonesia) serta Dede dan Gembi (Wasted Rockers) masing-masing memberikan opininya menyoal sepak terjang Superglad di industri musik Indonesia. Ada pernyataan menarik yang dilontarkan Wendi ketika ia disodori pertanyaan perkara album Superglad mana yang menurutnya “engga Superglad banget”. Album yang pula diakui Buluk sebagai “efek rumah tangga”. Album Superglad manakah itu? Simak mulai menit ke-29.

Tak Superglad dalam arti sempit yang ditampilkan. Sutradara film ini pun menguak benar Superglad secara holistik. Mulai dari keeratan mereka dengan kru dan Hero (sebutan untuk fans Superglad), aksi panggung Buluk cs. yang menjadi intermezo di beberapa bagian film, hingga yang paling berkenaan dengan aspek afektif masing-masing personelnya sekalipun.

Sisi manis dan sensitif Buluk utamanya. Pemicunya tidak lain tidak bukan adalah mendiang istrinya. Lagu berjudul “Senandung Rindu” pun ia ciptakan. Jika Buluk merajah lengannya dengan gambar sang anak, Giox, Dadi, dan Akbar masing-masing mengisi bagian ini dalam kehangatan bersama keluarga kecil mereka. Fragmen yang pula membesitkan pada bait pertama lagu mereka yang berjudul “Teen Flick Rocker” yang lebih kurang isinya “Sekilas nampak durjana…Tapi nona kau tengah tertipu mata…Lusuh hanya tampak luarnya…bla…bla…bla…”.

Secara keseluruhan, musik bertenaga dan berkecepatan tinggi memang menjadi karakter yang dipertahankan Superglad. Format dua gitar yang dimainkan Buluk dan Dadi sebenarnya memiliki karakteristiknya masing-masing. Gitar yang dimainkan Buluk cenderung dengan drive tebal serta low. Sementara Dadi lebih bertipikal vintage dan crunchy. Keduanya saling mengisi dan makin memperkaya karakter musik yang diusung band bentukan 3 Maret 2003 tersebut. Keutuhan format inipun didukung dengan ciamik oleh dentaman drum yang menghentak serta bunyi-bunyian bass yang kokoh.

Nah pembaca, lagu Superglad mana yang bakal resmi mengisi playlist Anda?